SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

Kamis, 19 Juni 2014

penjelasan tentang setan yang di rantai/ dibelenggu saat bulan romadhon



Seharusnya saya menuliskan artikel ini saat bulan Romadhon kemarin, sekarang sudah masuk bulan Syawal. Sayangnya waktu bulan Romadhon lalu, hadits-hadits pendukungnya waktu itu dicari-cari belum ketemu.
Kebetulan, tadi sore saya dan beberapa teman ditraktir makan. Tercetuslah pertanyaan: “Kan ada dalilnya, kalau saat Romadhon, setan dibelenggu. Tapi kenapa, kok banyak juga yang marah-marah dalam porsi yang ‘bukan dia banget’? Lalu ada juga orang-orang yang diberitakan kesurupan, padahal kan setan dibelenggu?”
Saya jadi ingat lagi tentang hal ini. Hadits tentang setan yang dibelenggu di atas salah satunya adalah hadits berikut:

Dari Abu Huroiroh RA, bahwa Rosululloh SAW bersabda: “Bila bulan Romadhon tiba, maka dibukalah pintu-pintu surga, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan pun dirantai / dibelenggu.” (HR Muslim K. Shoum)

Dari penjelasan yang pernah saya terima, penjelasan tentang setan yang dirantai / dibelenggu ada dua.
Yang pertama, adalah makna asli, yaitu memang setan dibelenggu. Namun tidak semua setan yang dibelenggu. Yang kedua, adalah makna yang tersembunyi, yaitu bahwa gerakan setan dibatasi
Sandaran haditsnya saya cari-cari, ada di Sunan Abu Daud:

Dari Shofiyyah, dia berkata; Rosululloh SAW beri’tikaf, kemudian aku datang menjenguk beliau pada malam hari. Lalu aku mengajak beliau berbicara kemudian berdiri dan kembali. Lalu beliau berdiri bersamaku untuk mengantarku. Tambahan: tempat tinggal Shofiyyah adalah di rumah Usamah bin Zaid.
Kemudian terdapat dua orang laki-laki anshor yang lewat. Kemudian saat mereka melihat Nabi SAW, maka mereka mempercepat jalan. Lalu Nabi SAW bersabda: “Perlahanlah berjalan. Dia adalah Shofiyyah binti Huyai.” Mereka berkata; Subhanalloh wahai Rasulullah.
Beliau bersabda: “Sesungguhnya setan berjalan pada diri manusia melalui tempat mengalirnya darah. Aku khawatir ia akan melemparkan sesuatu -atau beliau mengatakan: keburukan- pada hati kalian berdua.” –al-hadits (Sunan Abu Daud, K.Shoum).
Shofiyyah adalah istri Nabi Muhammad yang sebelumnya merupakan tahanan sewaktu perang Khoibar, istri seorang pangeran yang baru saja diangkat menjadi raja saat umat Islam mengajak Islam ke Khoibar, namun tidak mau masuk Islam. Akhirnya diperangi, dan Shofiyyah diperistri oleh Nabi Muhammad dengan mas kawin berupa pembebasannya.
Hadits di atas merupakan hadits tentang i’tikaf, yang dimasukkan pada Bab Puasa, dan diletakkan oleh Imam Abu Daud di hadits-hadits tentang 10 malam akhir di bulan Romadhon, sehingga sangat besar kemungkinan kisah ini terjadi pada bulan Romadhon.
Di hadits di atas, Sofiyyah berkunjung ke masjid, namun tidak ikut i’tikaf (mungkin sedang haidh), kemudian Nabi mengantar Shofiyyah. Ternyata ada dua orang Anshor yang melihat mereka berdua. Mungkin karena waktu itu gelap, mereka tidak tahu bahwa wanita tersebut adalah Shofiyyah, salah satu istri Nabi. Nabi, yang mengetahui bahwa ada orang yang melihat, dan khawatir kedua orang tersebut suudzon, bersabda bahwa yang memberikan perasaan su’udzon tersebut adalah setan.
Dari sini bisa diambil kesimpulan, bahwa pada saat Romadhon, tidak semua setan diikat, atau bisa juga bahwa gerakan setan dibatasi, tidak seperti pada bulan-bulan yang lain.
Wallohu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar